KONTEN BLOG

Info kegiatan, acara, dan wacana yang berkembang di Lingkup BEM STAIN Kudus, serta Opini dan Profil sejumlah aktivis kampus.

Kamis, 08 April 2010

Pemimpinan Yang Baik Ala Islami


Oleh : Zainuddin Jay Lemu*

Secara kodrati karakter manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Banyak orang mengatakan bahwa karakter seseorang itu terbentuk sedari kecil. Kita memang tidak mengetahui dengan pasti kapan tepatnya karakter itu mulai berkembang. Akan tetapi, bisa dipastikan bahwa karakter tidak dapat berubah dengan cepat. Dari perilaku seseorang, kita bisa menebak karakternya. Seorang yang berkarakter kuat secara kasat mata biasanya menunjukkan aktivitas, energi, kemantapan tekad, disiplin, kemauan keras, dan keberanian dalam laku kehidupan. Dia melihat apa yang ia inginkan lalu mengejarnya serta ia juga menarik orang untuk mengikutinya. Di sisi lain juga secara kasat mata, orang yang berkarakter lemah biasanya tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Ia tidak tahu apa yang ia inginkan dalam laku kehidupan. Sifatnya tidak terkelola dengan baik, terombang-ambing dan tidak konsisten. Akibatnya, tidak ada seorang pun yang bersedia mengikutinya. Hal dasar yang perlu di tanamkan oleh seseorang untuk mencapai kepemimpinan yang sukses, seorang dituntut memiliki karakteristik-karakteristik khusus, diantaranya harus bisa menjadi TELADAN, yaitu:
1) T :
- Tawadhu (Rendah Hati),
Biasanya virus pertama yang menjangkiti orang yang baru dipercaya sebagai pimpinan adalah ujub atau sombong, dia merasa paling hebat dan merendahkan / meremehkan orang lain. Sebagai pemimpin harusnya tetap rendah hati, dapat menghargai orang lain dan juga menghargai yang dipimpin.
- Tasyauf (Berterima Kasih)
Ini adalah wujud dari rasa syukur atas apa yang diberikan. Syukur tidak hanya ditujukan kepada Allah Swt, tapi juga kepada sesame maunsia. Berterima kasih juga sebagai ungkapan penghargaan kepada orang lain yang telah berbuat baik kepada kita dan memberi kontribusi kepada organisasi.
- Ta'awun (Tolong-menolong)
Seorang pemimpin hendaknya jangan memposisikan diri sebagai pihak yang berkuasa, bisa memerintahkan dengan seenaknya, dan bisa marah-marah dengan sepuasnya. Lebih baik budaya tolong menolong lebih dikembangkan dalam lingkungan organisasi, dalam pelaksanaan tugas anggaplah atasan menolong bawahan, dan bawahan pun menolong atasannya, sehingga suasana kerja menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.

2) E : Emphati
Dalam suatu organisasi, sangat wajar kiranya bila terdiri dari berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Maka dari itu hubungan baik harus tetap dijalin. Kerja sama pun akan semakin mudah dilakukan jikalau mampu memahami apa yang dialami dan dirasakan orang lain terlebih pada bawahan. Dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan kondisi anggota organisasi, sehingga tidak hanya kebijakan akan berjalan sebagaimana mestinya, tetapi juga memberi kenyamanan bagi semua pihak terlebihnya pada anggota.

3) L : Leadership
Mampu menggerakkan dan mendayagunakan segala potensi dan sumber daya organisasi untuk kemajuan oragisasi. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan secara teori, kecakapan dalam kerja sesuai organisasi yang ditanganinya dan wawasan luas teori/praktik serta kemauan untuk merealisasikan dalam kerja nyata. Seorang pemimpin harus mampu memahami seluruh isi dan lingkup organisasi yang dipimpinnya seperti dia memahami dirinya. Pemimpin harus mampu "bertanya, belajar, dan menindaklanjuti".
Bertanya untuk mendapatkan umpan balik dan mendapatkan ide-ide baru kemudian belajar mendengarkan dengan efektif dan melakukan refleksi dari hasil bertanya tersebut Dari hasil bertanya dan belajar, ditindaklanjuti dengan kerja dan menghasilkan karya dan kemajuan bagi organisasinya.
4) A : Amanah
Seorang pemimpin harus menyadari bahwa jabatan adalah kepercayaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada atasan (yang memberi kepercayaan), kepada diri sendiri, dan kepada orang yang dipimpin. Seorang pemimpin yang baik menunjukkan ketulusan, integritas, dan keterbukaan dalam setiap tindakannya. Serta Berani mengambil keputusan dengan segala resikonya. Tidak lempar batu sembunyi tangan atau melempar tanggung jawab ke orang lain. Lebih penting lagi pemimpin harus mempertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt.

5) D : Demokratis
Perbedaan pendapat merupakan suatu keniscayaan, sehingga harus dihargai. Pendapat boleh beda tapi kepala harus tetap dingin. Emosi tidak semestinya diumbar, emosi harus disalurkan pada hal-hal yang positif, bukan dengan cara marah-marah melulu. Pimpinan tidak boleh tabu atas kritik yang diungkapkan. Justru dengan kritik membuat pemimpin dapat memperbaiki diri. Seorang pemimpin yang baik akan memperlakukan semua orang dengan adil. Ia menunjukkan empatinya dengan bersikap peka terhadap perasaan, nilai, minat, dan keberadaan orang lain.

6) A : Adil
Seorang pemimpin harus memposisikan diri di tengah, tidak boleh condong ke salah satu pihak. Jangan jadikan perasaan suka atau tidak suka (like and dislike) menjadikan pemimpin bersikap diskriminatif. Prasangka adalah musuh dari keadilan. Seorang pemimpin yang baik akan memperlakukan semua orang dengan adil. Ia menunjukkan empatinya dengan bersikap peka terhadap perasaan, nilai, minat, dan keberadaan orang lain.

7) N : Negosiasi
Rambut sama hitam, tapi isi kepala (kemauan) bisa berbeda. Seorang pemimpin harus mampu bernegosiasi agar dalam palaksanaan tugas dapat seiring, sejalan, dan selaras dengan tujuan organisasi. Bentakan dan teriakan bukanlah cara yang baik dalam mempengaruhi bawahan. Kemampuan sugesti yang seharusnya lebih ditonjolkan.

*Penulis adalah Pengurus Dept. Advokasi I dan Ketua Rayon Syari'ah PMII Komisariat Sunan Kudus

AHMAD NASIKUN : BERUNTUNG IKUT ORGANISASI KEMAHASISWAAN


“Jika tidak ada kesibukan yang mengikat ikutlah organisasi yang ada” itulah salah satu petikan jawaban seorang mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI ketika diwawancarai tim redaksi Buletin Transformasi belum lama ini. Ahmad Nasikun, Mahasiswa semester enam (VI) ini, sekarang menjabat sebagai Sekjen II BEM STAIN Kudus.

Alumni Madrasah Raudlatul Ulum Guyangan Pati ini berpendapat bahwa mengikuti organisasi yang ada di intra kampus atau di ekstra kampus baginya mempunyai manfaat dan keuntungan tersendiri. Salah satunya menurut mantan Pengurus LDK 2009 ini adalah dapat menambah ilmu dan pengalaman.”Tidak selamanya ilmu didapat hanya di dunia akademik, karena di luar itu juga bisa” tutur mahasiswa asal Pati ini.

Wujud aktivitasnya di kancah organisasi kampus dibuktikan dengan keiikutsertaannya di berbagai Organanisasi kemahasiswaan di intra maupun Ekstra kampus. Pengalaman organisasinya dimulai pada tahun 2006 ketika dia ditunjuk menjadi Ketua Ikatan Santri Tambakromo / BIFOSTA. Selanjutnya pada tahun 2007 dia bergabung dan menjadi kader di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sunan Kudus. Tidak cukup di ranah tersebut, dia mulai mengikuti di UKM Pengembangan Bakat LDK dan menjadi pengurus di OK intra kampus tersebut pada tahun 2008.

Merasa belum puas dengan sumbangsihnya terhadap Organisasi tersebut, dia mengepakan sayap berorganisasinya hingga pada tahun 2009, akhirnya dia diamanati menjadi Ketua Ikatan Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU) cabang Kudus. Berkat keuletannya tersebut Ketua BEM periode 2010, Suparwi, mengajaknya untuk bersama-sama berjuang dan berkomitmen di kepengurusan BEM 2010. Dia dipercayai untuk menduduki Sekjen II BEM 2010.

Cowok kelahiran Pati, 2 Oktober 1988 ini mengaku sangat gandrung dengan makanan nasi goreng samplong khas Gabus. “Aku kalau pulang pasti ta’sempatkan buat makan Nasgor Favoritku ini“ tambahnya disertai dengan canda khasnya. Tak heran ketika ditanya tentang motto hidupnya, dia menjawab enteng “Eat to life and life to eat”. Menurutnya, motto hidup tadi bukan semata-mata hanya suka makan. Karena baginya semua kegiatan manusia selain tujuannya untuk Ibadah juga untuk mencari sesuap nasi. Selain nasgor samplong, dia juga hobi dengan bakso serta minum air murni dari kendi.

Riwayat Pendidikan mahasiswa penggila sepak bola ini dimulai dari SDN Tambah Agung 2, dan kemudian dilanjutkan di Mts. Abadiyah Kuryokalangan. Setelah lulus MTs., cowok yang hoby Jalan-jalan plus jajan ini kemudian hijrah ke Guyangan dan berguru di Yayasan Perguruan Roudlotul ulum (YPRU). Karena cita-citanya yang kuat untuk menjadi Guru semenjak kelas 4 SD, Mas nasikun ini memutuskan untuk meneruskan hingga ke perguruan tinggi. Tepatnya di STAIN Kudus Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI

Pengalaman menarik pernah dia dapatkan ketika Workshop Teater Gerak II PMII, pada waktu itu dia berakting menjadi Pengemis di pasar Dawe dan mendapatkan uang Rp.2.700,- dari hasil mengemisnya. Katanya banyak orang yang menganggap dia pengemis beneran ketika melihat Wajah dan pakaiannya begitu carut marut. Akan tetapi dari kegiatan tersebut, dia (Nasikun) mengaku banyak sekali ilmu dan pengalaman sangat berharga yang didapatnya. Pelajaran tentang arti hidup, memahami perasaan dan keadaan orang miskin, dan sebagainya.

Dari ulasan seorang aktivis diatas, setidaknya dapat kita ambil beberapa point hikmah, diantaranya tentang pentingnya berorganisasi. Bahwa organisasi bukanlah sebagai penghambat kuliah, bukan hanya sebagai pengisi waktu luang. Akan tetapi dalam organisasi, kita dapat berproses menuju kedewasaan, penambah ilmu, wawasan, serta pengalaman. Dan tentunya mencetak manusia yang cerdas interpersonal agar nantinya siap terjun di masyarakat pada umumnya.

DISKUSI UMUM : Mengkaji Gur Dur dalam bingkai Ilmu Sosial Transformatif


Sebagai bentuk kepedulian terhadap khazanah keilmuan di STAIN Kudus dan juga sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan sepeninggalnya Guru Bangsa, KH. Abdur Rahman Wahid yang akrab disapa Gur Dur, Mahasiswa yang tergabung dalam Forum Kajian Lintas Mahasiswa (FORKAM) Rabu (17/3) siang mengadakan diskusi umum di halaman depan gedung rektorat STAIN Kudus. Forum lintas mahasiswa tersebut terdiri dari BEM STAIN Kudus, PMII Komisariat Sunan Kudus, LMND Kudus dan Mahasiswa Pidana UMK.

Dalam diskusi tersebut juga membedah buku berjudul “Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif” yang ditulis oleh Syaiful Arief, salah seorang santri Gur Dur di Pondok Ciganjur. narasumber dalam diskusi pada siang hari itu adalah Syaiful Arief juga sebagai penulis buku dan Muh. Rosyid, M.Ag, penulis buku Samin dan Dosen STAIN Kudus.

Kajian dalam diskusi tersebut lebih dominan membincangkan kiprah serta pemikiran Bapak Pluralisme (Gus Dur) semenjak zaman muda hingga tuanya, khususnya dalam segi ilmu sosial transformatif. Banyak mahasiswa yang mempertanyakan keunikan atau ke-nyeleneh-an Gus Dur. Hal tersebut dengan sederhana dijawab dan dijelaskan oleh saudara Syaiful Arief. Mengingat penulis ini telah bertahun-tahun hidup di lingkungan Gus Dur.

Diskusi yang dimulai sekitar jam 14.00 WIB tersebut dihadiri oleh puluhan mahasiswa STAIN dan beberapa mahasiswa yang tergabung dalam FORKAM. Dalam pembukaannya, Suparwi selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIN Kudus sekaligus sebagai Koordinator FORKAM mengatakan bahwa Diskusi ini nantinya dilakukan bergilir yang dimulai dari BEM STAIN Kudus sebagai awal pembuka diskusi FORKAM yang kemudian dilanjutkan dari masing-masing lembaga yang tergabung dalam forum ini.

Hal yang melatar belakangi berdirinya Forum Kajian Lintas Mahasiswa (FORKAM) tidak lain adalah demi menghidupkan kembali komunitas-komunitas kajian untuk memberikan ruang diskusi kepada lintas mahasiswa yang ada di Kudus. Selain itu menurut suparwi, FORKAM ini juga dimanfaatkan sebagai sarana menjalin hubungan yang sinergis antara mahasiswa yang ada di Kudus. FORKAM dalam lembaga dan berbagai aktivitas dan kegiatannya semisal diskusi dsb, membuka lebar kepada seluruh mahasiswa Kudus untuk bergabung dalam aliansi ini.